Tuesday, 17 June 2025

Studi Kasus dengan Sudut Pandang Penerapan Culturally Responsive Teaching (CRT)

4 comments


Contoh kasus dengan sudut pandang penerapan Culturally Responsive Teaching (CRT)


Contoh Kasus 1

Pak Surya adalah guru matematika. Pekan ini Pak Surya akan menyampaikan materi mengenai perkalian. Sekolah Pak Surya berlokasi dekat dengan pasar dan sebagian besar dari orang tua peserta didik merupakan pedagang. Bagaimana kegiatan pembelajaran yang sebaiknya dirancang oleh Pak Surya dengan menerapkan pendekatan CRT?


JAWAB

Prinsip Dasar CRT (Culturally Responsive Teaching)

Pendekatan CRT menekankan pentingnya mengaitkan materi pelajaran dengan latar belakang budaya, pengalaman, dan kehidupan sehari-hari peserta didik agar pembelajaran menjadi lebih relevan, bermakna, dan meningkatkan keterlibatan siswa.

1. Identitas diri peserta didik: peserta didik diajak untuk mengenal identitas budayanya yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan;

Guru sudah mengetahui identitas dari peserta didiknya yaitu peserta didik yang berlatarbelakang orang pasar dan orang tuanya adalah pedagang.

2. Pemahaman budaya: peserta didik mengkonstruksikan pemahaman budaya dengan ilmu pengetahuan baru yang diperoleh dari berbagai sumber;

Peserta didik dapat diajak belajar ke pasar dengan konsep berbelanja. Misal setiap peserta didik diminta membawa uang Rp. 20.000,- kemudian diarahkan untuk berbelanja di pasar. Setiap belanja di catat dan diakhir kegiatan peserta didik merekap dan menguraikan dengan konsep perkalian (penjumlahan yang berulang). Atau guru bisa menghadirkan guru tamu yaitu orang tua siswa yang berdagang di pasar untuk mengenalkan konsep perkalian sederhana. 

3. Kolaborasi: peserta didik bekerja dalam kelompok untuk membahas konsep dan perspektif budaya;

Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok dan mengerjakan LKPD yang disusun guru terkait perkalian dan budaya orang-orang di pasar.

4. Berpikir kritis untuk refleksi: peserta didik membandingkan hasil diskusinya dengan teori yang ada dengan bimbingan guru; dan

Peserta didik mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas secara bergantian dan saling memberi saran, masukan, dan kritikan.

5. Konstruksi transformatif: peserta didik menyajikan pemahaman mereka melalui sebuah proyek.

Peserta didik dapat diberi tugas produk sesuai diferensiasi produk, bisa dengan membuat makalah, bermain peran, membuat poster, dan lainnya


Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran

1. Pembukaan:

Guru membuka kelas dengan salam dan berdoa menurut agama masing-masing siswa.

Menyanyikan lagu wajib nasional untuk membangun suasana kebersamaan dan menghargai keberagaman.

2. Apersepsi dan Pemantik

Guru memulai dengan bertanya kepada siswa tentang pengalaman mereka di pasar, misalnya: “Siapa yang pernah membantu orang tua berdagang di pasar?” atau “Apa saja barang yang biasa dijual di pasar?”.

Guru mengaitkan topik perkalian dengan aktivitas perdagangan, seperti menghitung jumlah barang dagangan atau total harga barang.

3. Penyampaian Materi Perkalian

Guru menjelaskan konsep perkalian dengan menggunakan contoh nyata dari aktivitas di pasar, misalnya: “Jika satu pedagang menjual 5 ikat sayur dan setiap ikat berisi 4 batang, berapa total batang sayur yang dijual?”.

Menggunakan barang dagangan seperti buah, sayur, atau benda lain yang familiar sebagai alat peraga untuk  memperjelas konsep perkalian.

4. Kegiatan Inti (Praktik Kontekstual)

Siswa dibagi dalam kelompok majemuk untuk menyelesaikan soal-soal atau simulasi perdagangan di pasar, 

Guru dapat mengajak siswa bermain peran sebagai  pedagang dan pembeli, lalu mempraktikkan perkalian dalam transaksi jual beli.

Mengundang orang tua atau pedagang lokal untuk berbagi pengalaman tentang penggunaan matematika dala berdagang, sehingga siswa mendapatkan perspektif nyata.

5. Diskusi dan Presentasi

Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka,misalnya cara menghitung jumlah barang atau keuntungan dagang menggunakan perkalian.

Guru memfasilitasi diskusi untuk mengaitkan pengalaman siswa dengan konsep matematika yang dipelajari.

6. Penutup dan Refleksi

Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan pembelajaran hari itu.

Melakukan refleksi, misalnya dengan bertanya: “Bagaimana matematika membantu kehidupan sehari-hari di pasar?”.

Memberikan apresiasi kepada siswa atas partisipasi dan  kerja sama mereka.

Kesimpulan

Dengan menerapkan pendekatan CRT, Pak Surya dapat merancang pembelajaran perkalian yang kontekstual, relevan, dan bermakna bagi siswa. Hal ini tidak hanya meningkatkan pemahaman konsep matematika, tetapi juga membangun keterampilan sosial serta menghargai budaya dan pengalaman hidup siswa

 

Contoh Kasus 2


Ibu Nisa adalah guru Bahasa Sunda. Ibu Nisa menemukan bahwa peserta didiknya berasal dari berbagai suku dan hanya sebagian kecil yang merupakan Suku Sunda. Sebagian besar mereka mengalami kesulitan untuk mengikuti pembelajaran tersebut. Bagaimana strategi yang dapat dilakukan Ibu Nisa untuk dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dengan menggunakan pendekatan CRT?


JAWAB

Strategi Pembelajaran Bahasa Sunda yang Menyenangkan dengan Pendekatan CRT

1. Memahami Latar Belakang Siswa

Ibu Nisa perlu mengenali keberagaman budaya, bahasa ibu, dan pengalaman belajar siswa dari berbagai suku sebagai dasar merancang pembelajaran yang inklusif dan relevan.

Melakukan survei singkat atau diskusi ringan di awal pembelajaran untuk mengetahui pengalaman dan persepsi siswa terhadap Bahasa Sunda.

2. Mengaitkan Materi dengan Kehidupan Sehari-hari Siswa

Menggunakan contoh, cerita, atau situasi yang dekat dengan kehidupan siswa, seperti aktivitas di rumah, sekolah, atau lingkungan sekitar, sehingga materi terasa lebih bermakna.

Mengaitkan Bahasa Sunda dengan bahasa daerah lain yang dikenal siswa, misalnya membandingkan kosakata atau ungkapan sederhana dari berbagai bahasa daerah.

3. Menciptakan Lingkungan Belajar yang Aman dan Inklusif

Mendorong siswa untuk saling menghargai perbedaan budaya dan bahasa, serta membangun suasana kelas yang mendukung keberanian mencoba tanpa takut salah.

Menggunakan ice breaking, permainan bahasa, atau aktivitas kelompok lintas suku agar siswa merasa diterima dan nyaman.

4. Menggunakan Media dan Metode Interaktif

Memanfaatkan lagu, permainan tradisional, video, gambar, atau drama sederhana berbahasa Sunda yang dapat dinikmati bersama-sama, sehingga pembelajaran terasa lebih menyenangkan.

Melibatkan siswa dalam proyek kreatif, seperti membuat poster, komik, atau vlog singkat tentang pengalaman belajar Bahasa Sunda.

5. Memberikan Pilihan dan Diferensiasi Tugas

Menyediakan variasi tugas sesuai kemampuan dan minat siswa, misalnya membolehkan siswa memilih antara menulis, berbicara, atau membuat karya seni dalam Bahasa Sunda.

Memberikan scaffolding atau bantuan bertahap, seperti glosarium sederhana, terjemahan, atau contoh kalimat, agar siswa yang belum terbiasa tetap bisa mengikuti.

6. Melibatkan Keluarga dan Komunitas

Mengajak siswa berdiskusi dengan anggota keluarga atau tetangga yang bisa berbahasa Sunda, lalu membagikan pengalaman mereka di kelas.

Mengundang narasumber dari komunitas Sunda untuk berbagi cerita atau budaya secara langsung.

7. Refleksi dan Umpan Balik Positif

Memberikan apresiasi atas usaha dan kemajuan siswa, bukan hanya hasil akhir.

Melakukan refleksi bersama tentang manfaat belajar Bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-hari dan dalam membangun toleransi budaya.

Dengan menerapkan strategi di atas, Ibu Nisa dapat menciptakan pembelajaran Bahasa Sunda yang lebih menyenangkan, relevan, dan inklusif bagi semua siswa, sekaligus menumbuhkan rasa saling menghargai keberagaman budaya di kelas.


4 Responses so far

  1. samm says:

    wah mantap sekali bang. terimakasih bnyak bang. salam semangat!!!

  2. Apakah CRT ini bisa untuk semua bidang studi dan jenjang pendidikan, Mas? Bagaimana jika pembelajar untuk guru? Saya baru ngajar para guru rasanya mau nangis.

  3. Wow, pendekatan CRT-nya keren banget Ustadz Rio.

    Matematika di pasar = genius, Siswa belajar angka sambil paham kehidupan nyata.
    Bahasa Sunda multikultural = inklusif & menyenangkan.
    Langkah-langkahnya praktis = Insya Allah bisa langsung di terapkan di kelas.

    Ini contoh nyata teaching with heart. Jadi inspired untuk buat pembelajaran lebih bermakna, Syukron Ustadz Rio semoga sukses selalu, aamiin

  4. Ami says:

    Pembelajaran berbasis CRT yang ustadz buat sudah bagus dan menginspirasi dan membuka pikiran ana bahwasanya memperhatikan latar belakang budaya atau kebiasaan peserta didik dalam pembelajaran itu penting.

Leave a Reply