
BUKAN PRESTASI TAPI HARUS BERBAGI
Bukan Prestasi Tapi Harus Berbagi. Orang yang sukses adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain. Orang yang berhasil mereka tak henti belajar dari manapun. Readmore...

ARSIP SIMPUL PEMERSATU BANGSA
Sejarah itu ada karena diarsipkan dengan baik, mengarsipkan segala sesuatu adalah kebiasaan baik yang perlu dimulai dari diri sendiri. Readmore..

RUMAH GADANG MAIMBAU PULANG
Keharusan yang tidak tertulis bagi laki-laki Minang adalah merantau. Merantau adalah trasidi yang tak terpisahkan dari kebiasaan orang Minang, tidak sedikit pepatah dan petuah adat tentang merantau. Readmore...

BIARKAN LAUT YANG BERBICARA
Ketika kata tak didengar, sapaan tak dihiraukan, dan nasehat tak dilakukan, biarkanlah laut kan bicara dengan ombak perantara. Sudah Cukup Tak lagi! Readmore...

LUPA TAPI INGAT
Semua goresan kehidupan dapat kita lupakan dengan begitu saja namun akan ingat pada saatnya. Readmore...
10 Keistimewaan Bulan Ramadan
Gesa Peningkatan Literasi Sekolah, SDIT Imam Syafii Cendikia Rilis Tiga Buku Karya Siswa
Peluncuran buku karya siswa SD IT Imam Syafii Cendikia berlangsung meriah. Kegiatan yang dilakukan pada Selasa, 18 Februari 2025 ini adalah puncak dari rangakaian Bulan Bahasa Tahun Ajaran 2024/2025. Lapangan SD IT Imam Syafii Cendikia menjadi saksi akan tekad yang kuat dalam meningkatkan literasi.
Siswa dan siswi kelas I hingga VI ambil peran dalam kegiatan ini. Kegiatan yang dirancang dalam bentuk beberapa perlombaan seperti, membaca lancar untuk kelas I, menulis tegak bersambung untuk kelas II, membaca puisi untuk kelas III, membaca pembukaan UUD 1945 untuk kelas IV, dan cipta puisi untuk kelas V-VI.
“Bulan Bahasa merupakan ajang untuk semua siswa menyalurkan bakat-bakat kebahasaan seperti, prosa, sastra, puisi, dan lainnya. Kita semua tahu bahwa literasi sangat penting untuk anak-anak,” ungkap Ustad Walman selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan.
Tiga buku karya siswa yang diluncur pada puncak kegiatan Bulan Bahasa ini adalah antologi puisi “Aksara Cinta untuk Lingkungan” karya siswa dan siswi kelas V, antologi puisi “ Bersama Keluarga Menyulam Kebahagiaan” karya siswa kelas VI, dan antologi puisi “Keluarga Pelabuhan Terindah” karya siswi kelas VI.
“Sekolah akan mendukung setiap kegiatan yang berfokus untuk meningkatkan kemampuan siswa, termasuk kemampuan literasi. Tema cipta puisi tahun ini kita ambil dari hal terdekat anak-anak seperti keluarga dan lingkungan. Ini bertujuan untuk memudahkan anak-anak dalam proses kreatif karyanya,” penjelasan Ustad Rio selaku Kepala Sekolah.
9 Tujuan Utama Pembelajaran STEAM
Dewasa ini banyak sekolah yang berlomba untuk belajar tentang STEAM (Sciences, Technology, Engineering, Art, dan Mathematics) Alasannya adalah tantangan dunia global saat ini. Siswa kita nantinya akan hidup pada zama teknologi, bahkan kita dengar ada sebuah negara yang duluan hidup 50 tahun dari kita, karena di sana semua sudah menggunakan robot dan teknologi canggih.
Pemerintah juga mengarahkan untuk semua satuan pendidikan meningkatkan pembelajaran STEAM di kelas-kelas. Maka banyak satuan pendidikan yang mengadakan ekstrakurikuler robotik, coding, dan lainnya. Tentu hal ini tidaklah salah. Namun yang perlu kita dalami adalah apa sebenarnya yang akan kita tuju dari Pembelajaran STEAM tersebut. Ada beberapa hal yang menjadi tujuan:
1. Kepedulian
Kepedulian adalah tujuan utama dari Pembelajaran STEAM. Buat apa seseorang yang memiliki pemikiran luar biasa tapi tidak berdampak. Contohnya ketika seseorang menjumpai tumpukkan sampah yang banyak, sebagai orang yang mempunyai pemikiran luar biasa, ia harus peduli dengan permasalahan ini. Ia akan membuat alat untuk mengatasi sampah yang menumpuk tersebut, tentu dengan pedekatan STEAM. Itu mengapa kepedulian harus ditopang dengan kemampuan.
2. Kepekaan
Kita ingat beberapa tahun silam. Ketika kita ingin menyetorkan atau menarik uang dari bank, maka kita harus antre yang memakan waktu dan tidak efisien. Dengan konsep STEAM orang-orang menciptakan mesin ATM. Sehingga mempermudah banyak orang. Kepekaan inilah yang menjadi pokok STEAM itu sendiri. Untuk apa orang yang memiliki kemampuan tapi tidak ada kepekaan, sama saja pohon yang tinggi tapi tidak berbuah. Kurang bermanfaat.
3. Kebersamaan
STEAM adalah model kekinian dari kebersamaan masa lampau. Puluhan tahun silam, nenek moyang kita menjalin kebersamaan secara manual. Mereka membangun rumah dengan kebersamaan, membangun jembatan dengan gotong royong, menciptakan kincir air secara bahu-membahu. Namun kita mencair kebersamaannya dalam STEAM.
4. Kolaborasi
Pengerjaan suatu proyek yang berkaitan dengan STEAM tidak dapat dikerjakan sendiri. Perlu kolaborasi banyak pihak. Kemampuan kolaborasi adalah kunci dari keberhasilan proyek STEAM ini. Tidak ada ilmuan yang dapat bekerja sendiri, dia akan membutuhkan orang lain untuk asistennya atau butuh ilmuan lain untuk bertukar pikiran.
5. Cinta Lingkungan
Banyak permasalahan lingkungan yang terjadi akhir-akhir ini. Baik itu karena faktor alam maupun ulah manusia itu sendiri. Terlepas dari faktor penyebabnya itu, STEAM mengambil peran untuk menciptakan manusia yang cinta akan lingkungannya. Dengan beragam alat-alat yang berhasil diciptakan dan berdampak baik pada lingkungan, seperti traktor yang ramah lingkungan, alat pendeteksi gempa-tsunami, alat pendeteksi polusi udara, dan lainnya.
6. Tanggung Jawab
Tuhan telah memberikan kita wadah untuk hidup yang kita sebut bumi. Tentu tugas kita adalah untuk menjaga dan memelihara bumi kita ini. Kita tidak boleh terperangkap pada siapa yang salah, siapa yang merusak, dan siapa yang menjadi dalangnya. Namun kita sebagai manusia harus ambil peran. Ingatlah pepatah mengatakan, siapa yang menanam dia yang menuai. Mari kita tanam tanggung jawab agar generasi anak keturunan kita tidak dapat beban. Dengan STEAM kita dapat menciptakan pembengunan yang berkelanjutan.
7. Berpikir Kritis
STEAM dengan berpikir kritis tidak perlu kita ragukan lagi. Karena memang tiang dari STEAM adalah critical thinking. Sebab semua projeknya membutuhkan pemikiran-pemikiran yang kreatif dan terbarukan. Tentu Anda pernah masuk sebuah gedung yang pintunya terbuka dan tertutup secara otomatis. Semua adalah kerja dari sensor yang ditanam pada alat-alat di pintu tersebut. Contoh kecil ini adalah hasil dari pikiran yang kreatif dan kritis dengan menunggunakan konsep dari STEAM. Tentu banyak contoh lainnya dalam kehidupan kita.
8. Pemecahan Masalah
Manusia pada tahun 60-an menulis dengan tinta, kemudian beranjak menggunakan mesin ketik, dan pada tahun milenial sudah menggunakan komputer. Namun masalah tetap ada, komputer yang ukurannya besar tidak dapat dibawa ke mana-mana. Manusia menciptakan laptop, mulai dari yang tebal hingga tipis, ukuran besar hingga note book. Dan tidak sampai di situ saja, bahkan sekarang kita tidak perlu menggunakan jari-jari untuk benar-benar mengetik. Cukup dengan mengucapkan sesuatu, maka apa yang Anda ucapkan, persis itu yang diketik oleh perangkat lunak atau aplikasi di laptop. Manusia akan terus berinovasi sesuai dengan masalah yang dia hadapi. Hal ini tidak terlepas dari peran konsep STEAM ini.
9. Kemudahan
Siapa yang tidak tahu dengan Terusan Panama atau Terusan Suez. Dengan STEAM manusia memangkas perjalanan yang jauh, waktu yang lama, biaya yang mahal. Sehingga sebuah kapal dapat dengan efisien untuk berlayar. Dua terusan ini adalah hasil dari konsep STEAM yang sangat mempermudah kehidupan banyak manusia di dunia ini.
Pembelajaran apapun seyogyanya bermuara pada karakter dari manusia itu sendiri. Bukan hanya yang kita tuju hasil secara kebendaan, tapi hasil secara perangkat lunak manusialah.
Rumah tanpa Cahaya: Puisi Athifa Dayana B Kelas VI SD IT Imam Syafii Cendikia
Rumah tanpa Cahaya
Karya : Athifa Dayana B
Kelas VI
Ibu
Kaulah tempatku berteduh
Orang pertama ada saat aku butuh
Selalu mendengarkan semua ceritaku
Malam dengan hujan dan petir
Aku merasa takut
Pandanganku terlihat hitam pekat
Bagaikan rumah tanpa cahaya
Aku tak bisa merasa tenang
BACA JUGA: Puisi Drama 365 hari
Namun, aku merasakan dekapan hangat
Bagaikan selimut tebal
Saat kulihat ke belakang perlahan
Benar firasatku, itulah engkau ibu
Memberiku dekapan hangat dan nyaman
Tuhan
Tolong jaga Ibuku
Bahagiakan Ibuku
Lindungi dia dari marabahaya
Terima kasih Tuhan
Terima kasih telah mendatangkan dia ke kehidupanku
BACA JUGA : Puisi Pasir Waktu
Benang Merah Guru Jalan di Tempat
Sudah menjadi kewajiban bagi setiap guru untuk melakukan dua hal. Yaitu mengajar dan Membuat adaministrasi. Tidak ada yang salah dari kedua hal ini. Tentu menjagar adalah identik dengan guru itu sendiri. Bahkan orang yang memberi ilmu secara tidak formalpun juga sering kita sebut sebagai guru. Begitu melekatnya guru dengan mengajar. Hal yang sama juga pada Administrasi. Guru harus mampu membuat semua adminitrasi yang menunjang kegiatan menjagar tersebut. Seperti skenario pembelajaran atau yang sering kita sebut Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau dalam Kurikulum Merdeka kita sebut Modul Ajar. Hasil dari mengajar itu sendiri juga harus diadminitrasikan oleh guru, sebagai bahan evaluasi dan refleksi untuk pembelajaran berikutnya. Dan banyak lainnya.
Rutinitas tersebut kadang melalaikan sebagian guru untuk terus meningkatkan kompetensinya. Sehingga siklus guru menjagar tidak ada bedanya dari tahun ke tahun. Tentu hal ini akan menjadi tidak baik untuk Masa Depan Pendidikan Indonesia nantinya.
Begitu juga dengan hal, bahwa sebagian guru yang dulunya pernah belajar dibangku perkuliahan merasa bahwa tidak relevan. Apa yang sudah mereka pelajari tidak terpakai pada saat mereka belajar. Tentu hal ini adalah miskonsepsi yang perlu diluruskan. Secara hakikatnta, apa yang didapat dulu pada saat berkuliah sangat berguna ketika seorang guru menjadi guru sesungguhnya. Permasalahannya adalah pada konektivitas pengetahuan guru itu sendiri. Sebagian besar guru terjebak dengan aktivitas yang telah diwarisi oleh guru sebelumnya. Padahal zaman makin menggeliat.
Sekolah perlu mengambil tindakan agar semua alasan itu tidak menjadi penghalang kemajuan suatu satuan pendidikan. Banyak cara yang dapat dilakukan. Diantaranya adalah dengan mengadakan pelatihan yang memang dibutuhkan. Memilih dan memilah narasumber yang munpuni, serta konsisten melakukannya. Yang lebih penting adalah aplikatif sesudah pelatihan itu sendiri.
Semangat untuk para guru Indonesia dalam meningkatkan kompetensinya, baik secara mandiri maupun kolaborasi.
Pekanbaru, 15 Februari 2025
Mahalnya Kesopanan di Bangku Perkuliahan
Mahalnya Kesopanan di Bangku Perkuliahan
Catatan Seorang Mahasiswa
Anda pasti pernah pergi ke bank atau kantor asuransi atau kantor instansi yang di kelolah oleh swasta. Dan Anda juga pernah menemukan betapa ramah dan sopannya para pegawai. Mereka akan menyambut Anda dengan senyum yang merekah, mengucapkan salam, menanyakan kabar, atau akan menunjukkan seolah-olah Anda orang yang mereka tunggu kedatangannya. Tentu hal ini menjadi sebuah kenyamanan dan kedamaian bagi diri Anda.
Mengulik Kesopanan dalam Dunia Pendidikan (Perkuliahan)
Kurikulum yang disajikan pada siswa selalu menitikberatkan pada karkater atau sikap atau afektif. Meski setiap kurikulum memiliki penamaannya masing-masing, tapi benang merahnya tentang bagaimana interaksi dengan manusia.
Secara spesifik, materi pelajaran memang tidak ada yang mengajarkan tentang kesopanan. Namun sering dikaitkan dengan pelajaran agama dan pancasila. Setiap sekolah akan berusaha untuk mewujudkan siswanya memiliki kesopanan yang baik. Mulai dari pembiasaan hingga program yang relevan.
Oknum Guru dan Dosen yang Jauh dari Kesopanan
Banyak kita menemukan guru dan dosen yang memiliki kesopanan baik. Mereka dapat menjadi contoh dan teladan bagi siswa dan mahasiswanya. Kesopanan dalam berbicara, kesopanan dalam bertindak, dan kesopanan dalam berpenampilan.
Namun tak sedikit juga kita menjumpai oknum guru, bahkan dosen yang sebaliknya. Mereka berkomunikasi dengan siswa atau mahasiswanya tanpa mementingkan norma kesopanan. Yang miris, baru-baru ini saya mendengar dari seorang mahasiswa, seorang oknum dosen dari kampus agama, yang beliau juga mempunyai jabatan di sana. Dengan lantangnya berbicara kepada mahasiswanya seolah-olah tidak ada langit setelah langit. Sangat miris bukan? Kita berharap dengan semakin tingginya pendidikan seseorang, maka karakter terutama kesopanan mereka juga berbanding lurus. Namun tidak semua.
Apakah Anda pernah mengalami hal serupa? Saya yakin diantara kita pernah menemukannya. Dilema. Di satu sisi kita masih memiliki kepentingan dengan oknum dosen itu, tapi di sisi lain kita ingin memberikan masukkan. Agar dunia pendidikan, khususnya bangku perkuliahan tidak hanya ajang untuk mendapatkan ijazah saja.
Sebait sajak untukmu para guru dan dosen
Kami mencontoh apa yang kau lalukan
Kami meniru apa yang kau peragakan
Kami menciplak apa yang kau pertontonkan
Kami teladani apa yang kau pertunjukkan
Namun jika arang yang kau suguhkan
Namun jika gulita yang kau tampakkan
Namun jika jerebu kesopanan yang kau berikan
Namun jika polusi sikap yang kau keluarkan
Lantas di mana gelarmu itu?
Lantas di mana jabatanmu itu?
Lantas di mana pendidikanmu yang tinggi itu?
Lantas di mana selimut kebesaranmu itu?
Bukankah adab lebih tinggi dari ilmu?
Bukankah karakter lebih berharga dari pengetahuan?
Bukankah attitude lebih mulia dari sekadar hafalan?
Bukankah sikap lebih mahal dari teori yang kau ajarkan?
Bukankah manusia dilihat dari tingkah lakunya?
Belum terlambat!
Pekanbaru, 12 Februari 2025
di ruang renungan
ORANG-ORANG YANG KEBANJIRAN: CERPEN RIO ROZALMI
ORANG-ORANG YANG KEBANJIRAN
Cerpen: Rio Rozalmi
“Aku tahu hujan adalah Rahmat Tuhan. Tapi hujan yang awet juga bisa menjadi musibah dan malapetaka,” kata istri Bujang sambil menoleh ke kiri melihat genangan air yang sudah menutupi aspal. Bujang hanya diam dengan pandangan tertuju ke depan.
“Abang tahu, setiap bulan yang berakhiran ber, seperti September, Oktober, November, atau bulan ini, hujan lebih sering dibanding bulan lainnya. Jalan Soebrantas ini selalu digenangi air,” sambung istri Bujang.
Bujang tidak menjawab perkataan istrinya. Pandangannya menyorot tajam pada orang-orang yang mengendarai sepeda motor di depannya. Motor matic warna merah menerobos genangan air yang telah menenggelamkan separuh motor itu. Belum sampai melewati genangan air, motor mogok. Lelaki paruh baya yang mengendarai motor itu terpaksa turun dan mendorong motor tersebut dengan bantuan istrinya.
Bujang menurunkan kecepatan mobilnya. Kini pandangan Bujang tertuju pada sebuah motor bebek tepat sebelah kanannya. Motor itu ditunggangi oleh sepasang remaja. Mereka terus melaju tanpa menghiraukan genangan air dan hujan yang semakin deras.
“Abang memperhatikan apa?” tanya istri Bujang sambil menepuk pundaknya.
“Lihatlah dua pasang manusia di depan kita, yang satu berani mengambil risiko walaupun mereka sudah tahu akibatnya. Dan yang satu lagi lupa ingatan. Lupa jika di Pekanbaru ini hanya ada dua musim, kalau tidak kemarau, ya hujan. Seharusnya mereka sudah sedia mantel.”
Sepanjang perjalanan pulang, Bujang menyaksikan beberapa orang anak kecil yang bermain genangan air dengan senyum yang merekah. Anak kecil itu tidak menghiraukan bahaya yang bisa menghampirinya. Seperti disambar petir atau tenggelam atau digigit ular.
Baca Juga: Cerpen: Peti
Mobil Bujang berhenti tepat di bawah jalan fly over. Dua orang anak kecil langsung menghampiri. Dengan berbekal ember, mereka menyiramkan air ke kaca depan mobil. Terlihat air itu mengeluarkan busa ketika wiper naik dan turun. Anak itu mengetuk kaca samping kanan mobil dengan menengadahkan tangannya. Bujang memberikan selembar uang dua ribu dan bertanya di mana orang tua anak itu. Bujang terdiam sejenak, ketika anak itu menjawab, kalau orang tua mereka sudah pisah.
Kaki kanan Bujang kembali menekan gas secara perlahan, bersamaan dengan lampu yang sudah berwarna hijau.
“Bang, sepertinya kita terlambat pulang,” ucap istri Bujang ketika sudah masuk ke kompleks rumah mereka.
Bujang dan istrinya melihat warga kompleks yang sibuk menyelamatkan barang-barang. Karena air sudah masuk ke rumah warga.
Bujang dan istrinya langsung naik ke lantai dua rumah mereka. Beruntung semua barang elektronik yang ada di lantai satu sudah diamankan oleh pembantunya. Mereka duduk di teras lantai dua sambil menunggu air surut. Di temani teh hangat dan kentang goreng yang masih panas.
Terdengar suara keributan dari bawah. Bujang dan istrinya berdiri dan mencari sumber suara keributan itu. Mata mereka tertuju pada rumah berwarna abu-abu, dua rumah dari rumah mereka. Pak Ilham yang sedang adu mulut dengan istrinya. Mereka kalah cepat dengan air. Mereka pulang kerja mendapati rumah seperti kolam renang. Habis sudah semua barang elektronik direndam air.
Pak Ilham menyalahkan istrinya yang pulang tidak segera, tapi mampir dulu ke pusat perbelanjaan untuk beli baju baru. Sementara istrinya menuding Pak Ilham yang lalai. Dia tidak langsung pulang tapi singgah dulu ke coffee shop.
“Kasihan televisi dan kulkas mereka, ya Bang.”
“Lebih kasihan mobil listrik yang baru mereka beli bulan ini.”
Pandangan mereka tertuju pada dua manusia terkuat di bumi yang sedang perang dunia. Dari kejauhan terlihat Bu Dinda memegang sapu lantai sambil mengayun-ayunkan ke arah Bu Tari. Bu Tari tak gentar sedikit pun, dengan persenjataan sapu pel, ia hadapi kemarahan Bu Dinda.
“Kita kebanjiran adalah salah kamu, Nyoya Besar!” teriak Bu Dinda.
“Diam kamu! Kamu yang tidak pernah membersihkan selokan ini, sehingga sampah menumpuk!” balas Bu Tari dengan tangkai sapu pel mengarah ke selokan.
“Bukankah ini sampahmu? Jadi kamulah penyebab air tidak lancar.”
Lain pula ceritanya tetangga sebelah kiri rumah Bujang. Terlihat jelas dari teras lantai dua itu, betapa sibuknya Pak Rian menyelamatkan televisi, kulkas, kipas angin, dan dispenser dari air yang masuk ke dalam rumah. Selesai dengan semua itu, Pak Rian menyalakan kompor dan mengambil sebungkus mi instan. Berbarengan dengan genangan air yang sudah sebetis, semangkok mi instan lengkap dengan telur dan kerupuknya pun siap untuk disantap.
Pak Rian melangkah dalam genangan air ke ruang tamu. Di sana sudah menunggu istrinya. Ia sajikan mi instan itu seraya mengambil air putih hangat. Pak Rian selalu sigap dalam melayani, karena ia tidak ingin harimau atau singa keluar dari tubuh istrinya.
“Potret itu sudah menjadi rahasia umum di kompleks rumah kita, jadi tidak tercengang lagi melihatnya,” kata istri Bujang sambil mengambilkan teh yang ada di meja teras lantai dua itu.
“Semoga kamu tidak berteman dengan istri Pak Rian nanti di Neraka Jahannam.”
“Tuntun aku berteman dengan istri Pak Redho, Bang.”
Sembari menyerumput teh panas, Bujang dan istrinya memandangi rumah Pak Redho yang tepat di depan rumahnya.
Pak Redho sedang menikmati kopi hangat dan goreng pisang bersama istri dan anaknya di saung depan rumahnya. Mereka baru saja selesai bahu-membahu menyelamatkan barang-barang dari genangan air. Semua pekerjaan akan terasa mudah dan cepat jika dikerjakan bersama-sama, berat sama dijinjing, ringan sama dipikul.
Sisa cahaya matahari membaur dengan kegelapan malam yang mulai datang. Menyatu dan membuat langit seakan-akan berwarna oranye. Perlahan memberikan tempat bagi kegelapan untuk merajai langit. Bujang dan istrinya tidak beranjak dari teras lantai dua itu. Mereka menunggu rembulan menyempurnakan purnamanya.
Baca Juga : Cerpen: Sri Memilih
Bujang dan istrinya memang mencoba menjadi orang gila, agar mereka bahagia setelah melihat kenyataan begitu banyak fenomena rumah tangga, baik yang langgeng hingga maut memisahkan, atau yang berujung di meja hijau─padahal mereka sudah berusaha keras jadi orang waras.
“Kapan-kapan kita kebakaran, yuk! Dikepung si jago merah!” kata Bujang. Istrinya mengangguk-angguk.